Satpol PP Awasi Rumah Makan
Sumber Gambar :Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengawasi rumah makan dan warung nasi sepanjang Bulan Suci Ramadan. Di Kota Serang, pemerintah sudah menyuarakan larangan rumah makan untuk tidak beroperasi pada siang hari.
Kepala Satpol PP Kota Serang, Maman Luthfi mengatakan, Pemerintah Kota Serang sudah memberikan edaran kepada seluruh rumah makan yang ada di Kota Serang sesuai Peraturan Daerah (Perda) Kota Serang No. 2 Tahun 2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit masyarakat (Pekat).
“Didalamnya, telah dijelaskan bahwa jam buka dimulai pukul 16.00 hingga 04.00. Kalau melanggar ya langsung kami sikat, langsung ditutup warungnya,” ujar Maman ditemui di ruang kerjanya, Kamis (17/5/2018).
Dari 250 rumah makan yang ada di Kota Serang, setiap tahunnya diawasi saat bulan puasa. Petugas pun diakuinya langsung menutup bagi yang melanggar, dan segera memberikan sanksi kepada pemilik maupun pembeli. “Tidak ada petugas yang meminta uang, kalau ada nanti akan di kroscek,” katanya.
Namun pada kenyataannya, masih banyak warung nasi di Kota Serang yang beroperasi dan melayani pembeli. Mereka beroperasi secara tertutup menggunakan tirai bambu, hingga papan atau kain putih yang menutupi kaca.
Padahal, sebagian dari warung nasi yang beroperasi siang hari itu sudah ditempel surat edaran Pemerintah Kota Serang terkait larangan membuka usaha warung makannya selama puasa.
Di salah satu warung nasi di daerah Pasar Lama, Kota Serang, misalnya, pelayanan tetap berjalan. Baik itu warga yang membungkus makanannya, atau makan di tempat.
“Saya mulai buka dari siang pukul 12.00,” ujar pemilik warung nasi yang tidak mau disebutkan namanya sambil merapikan dua buah piring dan gelas pembelinya. Dia rela buka tutup rolling door untuk melayani pembeli. Saat pembeli masuk, biasanya ia menutup kembali rolling door tersebut.
“Biasanya yang kesini itu kuli panggul dan bapak-bapak yang lagi gak puasa aja. Kadang ada juga ibu-ibu yang beli, tapi dibungkus. Warteg lain juga sama aja buka. Bedanya saya dari siang, kalau mereka biasanya dari pagi,” ucapnya.
Kondisi tersebut pun tampaknya sudah menjadi pemandangan biasa bagi pekerja lain seperti tukang becak, pedagang toko, tukang ojek dan warga lainnya yang menjalankan puasa.
“Banyak di Pasar Rau, Pasar Lama, Kepandean, Cilame. Depannya aja yang nutup, tapi biasanya di dalem ada aja yang makan. Udah biasa saya sih liatnya,” tutur seorang warga Cilame, Anton.
Biasanya, pembeli semakin banyak saat memasuki puasa di minggu kedua. “Kalau hari pertama itu masih ga seberapa, namanya puasa pertama paling masih banyak yang jalanin. Tapi kalau udah masuk minggu kedua, itu banyak yang makan di warung nasi,” tuturnya.
Sumber : Kabar Banten